
Di sebuah
Cindy adalah salah satu lulusan terbaik di salah satu universitas di
Setibanya di perusahan tersebut, ia langsung dipertemukan dengan kepala bagian personalia yang bertugas di bagian penerimaan karyawan baru. Petugas itu meminta identitas Cindy. Setelah semuanya lengkap, Cindy diminta untuk menjelaskan tentang identitas diri. Pertanyaan ini seakan mudah untuk dijawab, namun sangat sukar bagi Cindy sebab ia sendiri tak tahu harus menjelaskan apa tentang dirinya sendiri. Hal ini seolah menjebaknya, namun itulah aturan yang harus dipenuhinya. Karena tak mampu menjawabnya, Cindy harus kehilangan satu peluang pekerjaan. Berbagai perasaan dengki, marah bahkan malu menghantar Cindy keluar dari pintu perusahan itu hingga sampai di rumahnya.
Dipenuhi rasa kesal, keesokannya dia mencoba melepas rasa kesalnya dengan berjalan menyusuri tempat rekreasi demi sebuah suasana yang menyenangkan. Kebetulan ia lewat sebuah taman main anak (TMA). Di situ ada sebuah bangku kosong sehingga ia duduk di bangku itu dan memperhatikan anak-anak yang sedang bermain-main dengan segala kelucuannya. Tak disangka, seorang anak harus ditolong olehnya karena hampir tertabrak mobil yang sedang melintas. Ibu anak itu pun segera menggendong anaknya dan mengucapkan terima kasih kepada Cindy. Setelah berbincang-bincang, ibu anak itu menawari Cindy untuk menjadi pengasuh anaknya, karena kebetulan ia baru saja kehilangan pengasuh anaknya. Cindy yang masih lugu dan tak berpengalaman mengasuh anak langsung menolak. Apalagi pekerjaan yang ditawarkan itu baginya merupakan pekerjaan rendahan. Seorang buta aksara pun dapat melakukannya, sedangkan Cindy adalah sarjana dan lulusan terbaik di bidang bisnis. Namun bujukan-bujukan si ibu tersebut akhirnya meluluhkan hati Cindy untuk menjadi pengasuh anak itu. Nama anak yang akan diasuh Cindy adalah Roy.
Saat pertama ketika Cindy sampai di rumah majikanya, ia tercengang melihat apartemen majikannya yang besar dengan segala fasilitas yang serba lengkap dan mewah yang menunjukan kalau majikannya adalah orang yang sangat kaya dan terpandang. Cindy melakukan tugas-tugasnya berdasarkan aturan-aturan yang ada di rumah itu. Ia menjalani semuanya, walau ada cacian, perbuatan kasar, bahkan yang lebih mengerikan adalah dia hendak diperkosa majikannya sendiri. Hingga suatu ketika, Cindy yang tidak tahan lagi terhadap segala tindakan majikanya, minta diberhentikan dari pekerjaanya.
Ingin rasanya Cindy pergi tanpa pamit, namun rasa sayang antara Cindy dan Roy semakin menyatu dan membuat keduanya sulit untuk berpisah. Ibu anak itu sibuk dengan teman-temannya untuk berpesta dan lain sebagainya sedangkan ayahnya sibuk mengurusi bisnisnya. Hal ini yang membuat Roy seperti anak terlantar.
Hari di mana Cindy harus memutuskan untuk pergi dari rumah majikannya itu merupakan saat yang menegangkan. Ia harus meninggalkan seseorang anak asuhnya yang sangat ia sayangi, dan juga meninggalkan sebuah keadaan yang telah membuat hatinya terluka. Namun keputusan Cindy telah bulat untuk pergi dari apartemen itu. Dengan berbagai rasa, ia pergi meninggalkan tempat itu dan tak lupa ia meninggalkan sebuah rekaman video kepada majikannya yang berisi berbagai ungkapan kekesalan selama ia bekerja di tempat itu.
Sebulan setelah kepergiannya, seseorang mengantar sepucuk surat kepadanya. Surat itu berasal dari mantan majikannya. Isi surat itu singkat saja: “Cindy, terimah kasih atas bantuanmu selama ini. Kini aku sadari bahwa aku memiliki segalanya, tapi kau telah menyadarkan aku bahwa milikku yang sesungguhnya tidak aku miliki, yaitu anakku sendiri. Terimah kasih karena kau telah menyadarkan aku untuk memilikinya kembali secara utuh”
Dengan senyum penuh keharuan, Cindy berkata “terimah kasih Roy, kini aku dapat mengenal siapa diriku”.
Temukan jati dirimu, bukan karena pekerjaanmu bukan pula statusmu, tapi perbuatlah sesuatu yang dapat bermakna dan berguna bagi sesamamu.
Ronal Nautany
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HARAP KOMENTARNYA YA (SARAN DAN KRITIK)