
Aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh;
( Ayub,29:15)
Ceritra ini berawal ketika saya pulang dari kampus, saya bertemu dengan seorang buta yang sedang berjalan dengan tongkatnya sambil mnemegang kemoceng buatannya sendiri yang terbuat dari tali raffia. Ketika saya bertemu dengannya, saya bermaksud membeli kemocengnya yang di jual dengan harga 10.000,00. ”Ade dari sini ke Lasiana masih jauh ko?” Bapak tersebut bertanya kepada saya. Saya pun menjawab bahwa dari penfui ke Lasiana masih jauh. Bapak mau ke sana ko?” Saya balik bertanya. Orang tua itu menjawab bahwa ia mau ke Lasiana untuk menjual kemocengnya”. Saya langsung menawarkan diri untuk membantu mengantar bapak itu ke tempat yang dia maksudkan”. Saya mengantar bapak itu tanpa menukar pakaian dan dasi (waktu itu saya baru selesai ujian TAS, jadi saya menggunakan baju hitam putih dan dasi)
Kami berdua dalam perjalanan. Di atas motor, bapak tersebut bercerita bahwa ia tinggal sendiri, ia tidak menikah, dan setiap hari harus berjalan untuk berjualan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tempat tinggalnya di Tofa, di belakang gereja Katolik St, Agustinus. Dia juga bercerita bahwa setiap hari dia keluar untuk berjualan dari jam 06.00 sampai jam 16.30 baru tiba kembali di rumahnya. Akhirnya karena merasa iba, saya menawarkan diri untuk mengantar bapak itu berjualan pada hari itu. Kami pergi ke kampus Politani tapi semua dosen dan kariawan-kariawan sedang rapat. Akhirnya saya mengajak bapak itu ke rumahnya ibu-ibu di belakang asrama undana, dan sungguh luar biasa, semuanya habis terjual, bahkan ada satu keluaraga yang memberikan berkat lebih dan memberikan makanan buat kami berdua.
Akhirnya kami kembali. Dalam perjalanan pulang, bapak tersebut bercerita bahwa ketika ia berjualan, ada orang-orang yang mengatakan kepadanya seperti ini: “sudah buta masih juga paksa diri”. Kadang juga orang berteriak memanggilnya: “buta”. Namun bapa tersebut selalu tersenyum sambil berkata : Tuhan ampuni mereka, lagi pula saya tidak bisa membalas… lagi pula saya buta bukan karena dosa saya, tapi memang sudah sejak saya lahir.
Satu hal yang membuat saya terharu yakni perkataan bapak itu. “Memang saya buta, tapi…. saya tidak mencuri, dan saya bisa mencari uang sendiri dengan hasil karya dan jeri lelah saya sendiri. Saya mengajak bapak tersebut ke kantor LPMI, tempat tinggal saya, lalu menceritakan injil dan mendoakan bapak tersebut. Setelah itu saya mengantarnya ke tempat tinggalnya..
Beberapa pesan yang bisa kita petik dari cerita di atas ialah sebagai berikut:
* Bapak tersebut adalah orang yang takut Tuhan;
*. *. Bapak tersebut adalah orang yang sabar, rajin, suka bekerja, kreatif dan tidak mudah
p putus asa;
* Ia belajar dari kekurangan dan tidak pernah mengeluh;
*. * Walaupun ia buta tapi ia bisa menghasilkan uang dengan jeri lelahnya sendiri;
*. * Ia meyadari akan kekurangannya, dan tidak membalas apa yang di katakan orang
ten tentang dirinya.
Saya yang buta saja bisa begini, bagaimana dengan kamu…………….?
Oleh: Iben
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
HARAP KOMENTARNYA YA (SARAN DAN KRITIK)